Wajah Indonesia kini semakin tampak muda, didominasi oleh generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Berdasarkan Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dari total 270,2 juta penduduk Indonesia, sebanyak 71,5 juta di antaranya merupakan generasi Z, mencakup 26,4 persen dari populasi nasional. Jika digabungkan dengan generasi milenial, generasi muda kini mendominasi lebih dari setengah penduduk Indonesia, dengan proporsi sebesar 52,2 persen.
Generasi Z tidak hanya menjadi mayoritas, tetapi juga menunjukkan kehadiran yang merata di seluruh wilayah Indonesia, terutama di provinsi-provinsi berpenduduk padat seperti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Sebagian besar dari mereka kini sudah memasuki masa remaja dan dewasa muda, dengan sebagian sudah terjun ke dunia kerja atau bahkan membentuk keluarga sendiri.
Statistik Ketenagakerjaan Februari 2024 mengungkapkan bahwa dari sekitar 5,82 juta penduduk gen Z berusia 15-19 tahun, sebanyak 4,79 juta di antaranya sudah bekerja, sementara sisanya masih menganggur atau melanjutkan pendidikan. Pada kelompok usia 20-24 tahun, sebanyak 13,62 juta dari total 16,21 juta orang sudah bekerja, sementara 2,58 juta orang lainnya masih mencari pekerjaan. Sebagian kecil dari mereka juga mulai mengurus rumah tangga atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Kehadiran generasi Z yang semakin aktif di berbagai bidang mencerminkan potensi besar dalam membangun masa depan Indonesia. Mereka dikenal sebagai generasi yang sangat melek digital, dengan mayoritas (94-96 persen) sudah terbiasa menggunakan internet dan telepon genggam. Kebiasaan mereka dalam mengakses internet lebih banyak digunakan untuk hiburan, media sosial, dan mencari informasi, yang mencerminkan gaya hidup yang serba digital dan terhubung.
Namun, di balik potensi tersebut, generasi Z juga menghadapi sejumlah tantangan. Meski tingkat melek huruf mereka sudah sangat tinggi (99,79 persen), dan sebagian besar memiliki akses pendidikan yang baik, ada tantangan dalam mengembangkan keterampilan yang lebih spesifik, seperti teknologi informasi dan komputer (TIK). Pada tahun 2023, masih banyak generasi muda yang belum pernah belajar TIK, terutama di usia 16-24 tahun.
Selain itu, ada juga kekhawatiran terkait kesehatan dan kebugaran generasi Z. Dengan kebiasaan hidup yang lebih digital dan sedentari, aktivitas fisik mereka cenderung berkurang, yang berpotensi menurunkan kualitas kesehatan. Data pada tahun 2023 menunjukkan bahwa 17,21 persen generasi muda mengalami keluhan kesehatan, dan 6,24 persen di antaranya sakit. Faktor lain yang dapat memengaruhi kesehatan mereka adalah tingginya angka perokok di kalangan gen Z, dengan 25,7 persen berusia 19-24 tahun merokok setiap hari.
Ke depan, generasi Z akan menghadapi tantangan yang lebih kompleks, termasuk ketersediaan lapangan kerja, keterjangkauan hunian, dan biaya pendidikan. Mereka juga dituntut untuk terus berinovasi dan meningkatkan keterampilan agar tetap relevan di tengah kemajuan teknologi yang cepat. Dengan potensi besar yang dimiliki, generasi Z diharapkan dapat menjadi motor penggerak bagi kemajuan Indonesia, namun dengan catatan, mereka perlu didukung dengan kebijakan yang tepat dan pendidikan yang memadai untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada