Melestarikan Tarian Daerah Lewat Fenomena Tren Tiktok
Dunia digital merupakan lingkungan yang tidak asing bagi banyak dari kita. Kita mungkin sudah sangat akrab dengan dunia digital. Dunia digital sendiri terus merambah ke banyak bidang, termasuk di dalamnya budaya. Budaya ini mencakup berbagai aspek, mulai dari cara berkomunikasi, bekerja, bersosialisasi secara online, bahkan memperkenalkan budaya suatu daerah lewat online. Dengan adanya internet dan perangkat digital, budaya digital terus berkembang dan mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan. Nah, dalam kompetensi literasi digital pun terdiri dari empat pilar, yang didalamnya ada budaya digital atau digital culture. Empat pilar tersebut diantaranya: Digital Skills, Digital Culture, Digital Ethics dan Digital Safety.
Digital Culture merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya. Digital Culture sebagai wujud kewarganegaraan digital dalam konteks ke-Indonesiaan berada pada domain ‘kolektif – formal’ di mana kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warga negara dalam batas-batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam ruang ‘negara’.
Mengutip goodnewsfromindonesia.id, Perkembangan serta kemajuan teknologi tersebut yang terjadi, sangat begitu masif dan cepat, dan bisa kapan saja menggerus bahkan menghilangkan sebuah nilai-nilai kebudayaan yang ada dalam suatu wilayah atau tempat,jika hal tersebut tidak dirawat dan dijaga. Selain itu, bisa pula kebudayaan di suatu daerah akan hilang begitu saja jika tidak terus diikuti dengan kemajuan teknologi saat ini.
Menariknya, saat ini justru keindahan dan keunikan tari daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan tersebut, dapat diperkenalkan dengan versi yang lebih mudah diterima dan menarik. Misalnya saja, gerakan tarian dari berbagai daerah di Indonesia yang ditarikan dengan mengikuti musik yang sedang tren di tiktok. Hal positif ini tak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang saja, tetapi banyak orang, baik itu tua-muda, perempuan-laki-laki, semuanya turut meramaikan tren tarian daerah yang dibawakan dengan iringan musik yang sedang fyp (for your page).
Fenomena menarikan tarian daerah dengan mengikuti tren tiktok ini pun disambut baik oleh seluruh warganet, hal ini terlihat dari berbagai komentar positif yang dilayangkan di VT (video tiktok) pengunggah. Hal seperti ini pun dinilai baik sebagai ajang memperkenalkan gerakan –gerakan tarian daerah dari berbagai provinsi. Namun, tentunya sisi lain dari mengikuti tren ini, ialah ketika tarian daerah ditarikan dengan musik yang bukan merupakan musik asli dari tarian tersebut, dapat membuat seseorang kurang mengenali identitas sejatinya tarian tersebut. Ini pun ditakutkan dapat mengurangi rasa kecintaan dengan kombinasi tarian dengan musik daerah.
Turut serta di dalam era digital yang terus berkembang ini, membuat kita sebagai pengguna untuk lebih bijak alias cakap dalam bermedia digital khususnya. Boleh saja mengikuti tren yang sedang hype untuk menarik penonton, tetapi ada baiknya, sebagai pengguna yang bertindak sebagai pembuat video, untuk menyelipkan pula tarian dengan menggunakan musik asli dari tarian tersebut. Juga, untuk penonton yang mengonsumsi VT tarian daerah, harus tetap berinisiatif untuk mengenal secara pribadi, mencari tahu secara langsung tentang kebudayaan daerah berupa tarian dan musik asli yang mengiringinya. Karena mengikuti perkembangan teknologi berarti harus mampu pula untuk menjadi cakap dalam memanfaatkannya.
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pun ada beberapa tarian khas daerah yang juga dapat dikreasikan dan diperkenalkan lewat tren tiktok, Sebagai masyarakat yang telah terpapar langsung oleh perkembangan teknologi, ada baiknya kita turut serta sebagai pengunggah dan penonton yang cakap, demi mewujudkan #BabelSemakinCakapDigital. (Penulis : Intan Pitaloka)