Sejarah Hari Anak Sedunia 20 November

 

Di Indonesia, Hari Anak Nasional berlangsung setiap 23 Juli. Ada pula peringatan Hari Anak Internasional yang dirayakan setiap 1 Juni serta Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap 20 November. Lantas, bagaimana sejarah hari anak sedunia ini?

Sejarah Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap tanggal 20 November setiap tahunnya berawal dari Hari Anak Universal yang pertama kali dicetuskan pada 1954. Hari ini diperingati untuk mengampanyekan kesadaran di antara anak-anak di seluruh dunia dan meningkatkan kesejahteraan anak.

Mengutip laman resmi PBB, para ibu, ayah, guru, perawat, dokter, pemimpin pemerintahan, aktivis, tokoh agama, masyarakat sipil, korporat, media massa, kaum muda, dan anak-anak sendiri dapat memainkan peran penting dan menjadikan Hari Anak Sedunia suatu momen yang relevan untuk mewujudkan kesejahteraan anak.

Hari Anak Sedunia menawarkan kepada masing-masing orang untuk menginspirasi, mengadvokasi, mempromosikan dan merayakan hak-hak anak. PBB juga berharap masyarakat dapat mengimplementasikan hak-hak anak ke dalam dialog dan tindakan yang akan membangun dunia yang lebih baik untuk anak-anak.

Sejarah Hari Anak Sedunia

Dalam sejarahnya, pada tanggal 20 November 1959, Majelis Umum PBB membuat Deklarasi Hak-hak Anak. Kemudian, pada tanggal 20 November 1989, Majelis Umum PBB mendeklarasikan Konvensi Hak-hak Anak.

Sejak tahun 1990, Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi dan Konvensi tentang hak-hak anak menjadi Hari Anak Sedunia. Konvensi tersebut secara umum membahas kebutuhan dan hak khusus anak. Seluruh negara wajib mengesahkan perjanjian tersebut serta mengikatnya dalam hukum internasional agar dapat bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik anak.

Hari Anak Sedunia bukan hanya hari perayaan bagi anak-anak, tetapi juga untuk menyadarkan seluruh masyarakat dunia untuk memperlakukan anak dengan baik dan menghormati hak anak seperti orang dewasa.

Selain itu, menyadarkan kita semua bahwa masih ada anak-anak yang mengalami kekerasan dalam bentuk pelecehan, eksploitasi, dan diskriminasi sehingga tugas semua orang untuk melindungi kesejahteraan seluruh anak-anak di dunia. Hari Anak Sedunia juga menjadi momentum untuk mengingatkan orang dewasa tentang masa depan yang lebih baik untuk anak.

Mengutip laman resmi PBB, momentum peringatan atau perayaan ini membuka kesempatan untuk mendidik masyarakat tentang isu-isu yang menjadi perhatian, memobilisasi itikad baik untuk mengatasi masalah global, sekaligus memperkuat ikatan untuk bergerak bersama. Bagi PBB, berbagai hari peringatan -termasuk Hari Anak Sedunia, menjadi alat advokasi guna merangkul semua pihak untuk mencapai tujuan bersama.

Keprihatinan Bersama

Terdapat beberapa permasalahan utama yang dihadapi anak-anak saat ini dan di masa depan, antara lain:

• Permasalahan pemenuhan akan air bersih, udara yang bersih dan iklim yang aman

Hampir setengah juta anak-anak hidup di wilayah dengan potensi banjir. Pada 2017 sekitar 300 juta anak tinggal di daerah dengan tingkat polusi udara luar yang paling beracun dan berkontribusi terhadap kematian sekitar 600.000 anak di bawah usia 5 tahun.

• Satu dari empat anak hidup dan belajar di wilayah konflik

Menurut UNICEF, 75 juta anak dan remaja menjadi dampak dari konflik dan bencana alam sehingga mengganggu aktivitas pendidikannya.

• Masalah kesehatan mental pada anak

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 62.000 remaja meninggal pada tahun 2016 karena melukai diri sendiri, yang sekarang menjadi penyebab utama kematian bagi remaja berusia 15-19 tahun. WHO memperkirakan lebih dari 90 persen kasus bunuh diri remaja di tahun 2016 terjadi di negara berpenghasilan rendah atau menengah.

• Anak-aak jadi korban konflik dan kekerasan

Sebanyak 30 juta anak bermigrasi dan meninggalkan tanah kelahirannya, salah satunya karena kekerasan dan konflik. Bagi banyak orang, migrasi didorong oleh keinginan untuk kehidupan yang lebih baik.

Sumber : https://www.kelaspintar.id/blog/inspirasi/sejarah-hari-anak-sedunia-20-november-2-18338/